Hujan bukan rintik-rintik.
Sekian lama menunggu hujan akhirnya nonggol juga. Ini bukan cerita biasa, bukan
jalan-jalan biasa, dan bukan karangan biasa tapi ini bukan juga sejarah biasa.
Semua berawal di hari minggu pada jam 09.00 pagi. Sesuatu yang cetar membahana
badai terjadi. Pagi itu Kutaraja di
guyur hujan asmara. Kenikmatan yang luar biasa. Serasa seperti satu-satunya
makhluk hidup yang haus akan hujan.
Minggu ini FLP
mengadakan tour pariwisata jelajah
sejarah-sejarah Aceh. Nah, ini bukan sembarang tour, tapi ini adalah tour pariwisata serbajadi. Berawal di
hari yang sama tetapi berakhir di jam yang berbeda. Jelajah bermula di Rumoh Aceh daerah Setui kota Kutaraja
atau nama kerenya kota Banda Aceh.
Pagi itu aku terdampar
ke Museum Tsunami Aceh. Kesalahan informasi penyebabnya. Seperti manusia biasa
yang tidak tau kabar menghebohkan. Lima belas menit berlalu. Hujan semakin
deras. Kecepatan hujan tidak bisa terhitung dengan hukum Newton. Aceh Boh Gaca Masal, itu nama acara yang
telah menggetarkan Museum Tsunami. Seribu lebih peserta dengan baju ungu dan
hitam ikut terjun ke dalamnya.
“Nomor berapa, dek?”
Tanya lelaki tua.
“Gak ada nomor pak”
jawabku kepada lelaki tua misterius itu yang tiba-tiba di sampingku.
Aku fokuskan pandangan
ke depan, dua anak muda setengah tua sedang bersyair (dalam bahasa Aceh meucae). Syair adalah khas orang Aceh
dalam penyambutan sebuah acara. Bicara mereka dengan cepat ditambah nada suara
yang berayun-ayun. Dua buah kalimat yang masih teringat hingga sekarang.
“Boh gaca adalah seni
khas Aceh, yang mengangkat nilai-nilai budaya aceh. Keun lage ureung laen kadoh
ngon Expo, melagu kibot ngon meujoget-joget di ateuh panggung” ucap dua pemuda ini dengan irama syair.
Hatiku berkata Alhamdulillah.
Lama-lama aku bingung menterjemahkan kata-kata dalam syair itu. Bahasa Aceh aku
sedikit berbeda dengan mereka. bahasa penyair itu adalah asli bahasa Aceh.
Bahasa Aceh sangat beragam, antara timur, barat, selatan, dan utara semuanya
berbeda.
Shok aku, setelah
jalan-jalan aku kembali ke halaman depan. OMG…ternyata mereka lagi goyang
dangdut. Hahaha…..terlahap omongan sendiri.
Menunggu sangat
membosankan. Di tengah derasnya hujan, aku kembali melanjutkan jalan-jalan
mengelilingi Museum Tsunami. Ornamen dan tekstur bangunan ini sangat khas.
Bentuknya seperti obat nyamuk. Di samping bangunan ini terdapat makam
orang-orang Belanda yang telah rontok di aceh perang.
Beberapa saat kemudian,
kak Fanny datang. Berhubung sisa pulsa Rp.50, jadi aku tidak dapat menghubungi
teman-teman FLP yang lain. Kak Fanny menghubungi Dara. Mereka ternyata sudah
kumpul di Rumoh Aceh. Derasnya hujan tidak membuat kami putus asa. Kami segera
menancapkan gas kendaraan ke Rumoh Aceh. Tanpa jaket, tanpa mantel. Sangat
nikmat bisa bermain hujan seharian.
Ternyata di Rumoh Aceh
tidak ada anak-anak FLP, yang terlihat hanya beberapa kendaraan sepeda motor
berjejeran di parkir. Beberapa menit kemudian Nurul datang. Setelah
menghubungi, mereka sudah di Makam Pahlawan Iskandar Muda. Tanpa berpikir
panjang, bukannya menyusul tapi kami memilih jelajah isi dalam Rumoh Aceh.
Harga tiket masuk Rp.750, walah…kenapa gak seribu saja ya. Widih…ternyata para
tiketor punya banyak uang koin recehan.
Nah, di pintu utama
Rumoh Aceh terlihat beberapa lukisan foto pahlawan terpajang, diantaranya
lukisan Teuku Chik di Tiro, Sultan Iskandar Muda, Cut Nyak Dhien, Cut Meutia. Foto
Cut Nyak Dhien dan Cut Meutia bukanlah lukisan wajah asli, sebenarnya Cut Nyak
Dhien dan Cut Meutia memakai jilbab bukan selendang, dan sehelai rambutpun
tidak terlihat.
Ruang tengah sebelah
kanan, terdapat kamar pengantin, jadi siapapun yang menikah di keluarga
kerajaan akan menempati kamar dengan rinaian kain berwarna pink tersebut.
Terdapat beberapa perangkat untuk pesta pernikahan, seperti piring, gelas, dan
lain-lain. Wah…jadi pingin. Di dalam lemari terdapat beberapa piring hiasan
buatan Belanda dan beberapa peninggalan zaman dahulu. Nah, ada rumor yang
mengatakan bahwa makanan yang di letakkan di dalam piring itu tidak akan basi kurang lebih 24 jam. Amazing dan zuper sekali
ya, the power of piring.
Selanjutnya kita menuju
ruang belakang. Ruang belakang terdapat dapur dan sebuah ayunan bayi terbuat
dari rotan yang tergantung. Rumoh Aceh terdapat tiga sisi ruang yang bentuknya
memanjang. Unik dan elegan.
Setelah hujan reda,
kami melanjutkan jelajah ke Makan Pahlawan. Wuiissshh….ternyata sudah rame di
sana. Ini bukan jelajah biasa, buktinya kami di mentoring oleh seorang guru
besar (dosen), namanya bu Laila. Pengetahuan beliau luar dalam biasa. Beliau
menjelaskan satu per satu sejarah Aceh. Berhubung aku datangnya terlambat, jadi
yang terdengar ujung-ujungnya. Sebenarnya sejarah Aceh sudah tidak awam lagi
bagi aku, karena ayahku seorang sejarawan tapi gen beliau telah gugur dalam
diri aku.hehehe……….
Berada di samping makam pahlawan seperti merasakan sesuatu yang tidak bisa di ungkapkan. Aku merinding setelah menatap makam dan bangunan di sekitar. Ini tatapan penuh penghayatan akibatnya. Dalam satu pagar terdapat beberapa makam, salah satunya ada makam Raja dan suluruh keturunannya.
Makam Pahlawan |
Jalan-jalan selanjutnya
ke museum Aceh, letaknya di belakang Rumoh Aceh. Bangunan yang berlantaikan
tiga ini terlihat kokoh dengan warna putih. masuk melalui pintu utama kami di
sambut dengan rusa berkepala dua. Rusa tersebut berasal dari daerah Pidie yang di temukan pada tahun…… coba bayangkan
berapa umurnya sekarang?
Rusa Berkepala Dua |
Dalam museum Aceh
terdapat beberapa foto-foto pahlawan, dan berbagai peninggalan zaman kuno. Subhanallah,
seperti rekarnasi pada abad sebelum masehi. Rasanya kepingin berada di salah
satu foto itu bersama mereka pahlawan-pahlawan sejati. Gaya foto mereka lebih
alami dibandingkan gaya orang modern foto, banyak celinak-celinoknya.
Depan Mesjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh |
Cukup dulu ya
kisah-kasih cerita jalan-jalannya, aku nak pamit dulu. Assalamualaikum. J
J
:D :D
Hanya sejarah yang ku punya
Bila badai kan menghadang…
Lalalallalala……………..
Tina feet Manis Manja Group
Gunongan, Taman Putro Phang, Banda Aceh |
Rumoh Aceh, Setui depan Pondopo, Banda Aceh |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar